Sejak lebih dari 2,5 juta tahun lalu manusia telah ada dan terus berkembang (dari homo erectus hingga menjadi homo sapiens), manusia mulai memikirkan beragam hal khsusnya perihal apa yang ia rasakan atau ia percayai (suatu energi, kekuatan yang melebihi dan berada di luar dari dirinya). Hal itu kemudian diekspresikan dengan sutau gerakan tertentu yang dilakukan dengan teratur (ritual). Seiiring perkembangan zaman pengekspresian itu kemudian disebut sebagai agama. Secara literer agama berarti suatu ajaran yang mengajarkan dan mebawa pada kebaikan. Namun sulit untuk mendefenisikan apa itu agama. Pada dewasa ini agama telah dilembagakan, secara khusus di Indonesia (Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu), masing-masing agama mempunyai, sistem, pedoman dan acuan serta sakralitasnya masing-masing.
Agama menjadi sesuatu yang urgent sekaligus komplesk, baik itu di Indonesia dan pelbagai belahan dunia. Agama menjadi “gadis seksi” yang hot untuk dijadikan buah bibir dan terus diperbincangkan oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari kalangan akar rumput hingga ke kalangan akademisi dan para cendekiawan. Catatan sejarah umat manusia mengafirmasi perihal keseksian agama, agama sesuatu yang destruktif karena ada banyak insiden yang terjadi bahkan pelbagai insiden berdarah terjadi oleh karena agama. Insiden-insiden itu dikarenakan adanya kontestasi tafsir dimana para penganut agama saling mendiskredit dengan dalil absolut atau kebenaran mutlak, baik yang seagama dan berlainan agama. Pada sisi yang lain oleh karena agama juga terecipta sesuatu yang konstruktif, seperti halnya aksi solidaritas kemanusia dan gerakan-gerakan perdamain yang diinisiasi oleh komunitas-komunitas agama. Agama nampak paradoks dan ambivalen.
Tidak mengherankan jikalau agama terus-menerus diperbicangkan oleh khalayak ramai. Sebagian orang mengatakan bahwasannya agama telah usang, agama itu kuno dan agama tidak lagi relevan pada dewasa ini dan zaman yang akan datang. Namun ada juga orang-orang yang tetap berkukuh pada ajaran keagamaan dan mengatakan bahwasanya agama senantiasa relevan. Konfrontasi antara pribadi dan juga kelompok terus berlangsung, terlebih lagi dapat kita jumpai pada habitat kita masing-masing. Konfrontasi yang berlangsung itu mejadi langgeng karena berdasarkan pada argumentasi yang masif dan juga pada fenomena-fenomena historis-sosilogis, khusunya pada abad ke-19 hingga pada akhir abad ke 20.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, agama (sangat) berperan penting pada kehidupan, baik kehidupan pribadi dan juga komunitas tertentu dan juga dibeberapa negara yang berpagah teguh pada ajaran keagamaan seperti halnya Amerika, Israel, Saudi Arabia dan Indonesia. Pengaruh agama juga sangat nampak di dalam aspek politik, ekonomi dan sosial. Di pelbagai negara bertradisi demokrasi yang telah cakap, peran agama dibatasi di dalam politik. Agama adalah urusan pribadi yang tidak bisa dipaksakan ke khalayak ramai. Namun bukan berarti, bahwa agama kehilangan hakikatnya. Agama dapat memberikan cara berpikir tertentu dalam menyikapi persoalan politik. Namun, keputusan tertinggi politik berpijak pada konstitusi dan diskusi di masyarakat luas, bukan atas ajaran agama tertentu. Habermas lalu merumuskan konsep masyarakat pasca-sekular dan pasca-metafisi, yakni masyarakat sekular yang menggunakan agama untuk memperkuat dasar nilai maupun komunitas mereka. Inti dari pemikiran pasca-sekular adalah melampaui pembedaan tajam antara iman dan akal budi, ataupun agama dan politik.
Konfrontasi khalayak ramai terus berlangsung dan agama terus menjadi polemik antara orang beriman dengan orang yang tidak beriman dan juga antara sesama orang beriman. Perkembangan zaman terus terjadi dan realitas kehidupan kian mengompleks. Keith Ward memalui bukunya Benarkah Agama Berbahaya? Mengatakan tanpa agama bumi ini akan menjadi lebih buruk dan hanya hanya akan ada sedikit harapan bagi masa depan. Maka dengan demikian manusia (umat yang beragama), perlu secara serius memikirkan kemajuan zaman. Kita perlu mengkritisi dan merekonstruksi ajaran keagamaan yang ada dan telah berkembang, karena perkembangan zaman sejatinya tidak dapat dinafikan. Apakah agama akan terus ada dan berkembang serta senantiasa relevan sepejang perkembangan zaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar